![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijEsMvtwOZfYj32uiVDrC7o4Ebx4paaPP4f9XfqaSXdQWZx3y-6l36mEuteHPi980YQlczUF0CGDUaBYxYvM9NdDY9HmMXKI4cSrYaWl0cCWp55kxDIISd47TCUaA4rze11KyDF4ZzUlQ/s320/Lussy.jpg)
Audisi Penghuni Surga bag 01
Jujur aja nih, kita pantas bertanya: baik dalam hati maupun teriak keras. Bertanya tentang apa? Lengkapnya bukan bertanya aja, tapi sekaligus mempertanyakan. Kita harus bertanya mengapa begitu banyak temen-temen remaja yang berebut ambil jatah untuk audisi jadi seleb? Lihat aja, bukan cuma rela berkeringat dan pegal menunggu giliran audisi KDI dan Indonesian Idol, tapi begitu semangat ketika memamerkan keahliannya menyanyi—dan tentu bergaya—di depan juri audisi acara tersebut.
Pertanyaan tadi kudu terjawab. Nah, sebelum menjawab pertanyaan, saya justru ingin mempertanyakan: mengapa audisi semacam itu yang ditumbuh-suburkan oleh pengelola media massa? Mengapa bukan audisi untuk berlomba dalam menggapai kehidupan akhirat? Kalo pun ada audisi dai (Dai TPI dan Pildacil), sayangnya nggak jauh beda dengan audisi untuk kepentingan entertainment semata. Cuma bungkusnya doang pake label islami. Ciloko!
Sobat muda muslim, sungguh kita prihatin banget dengan kondisi seperti ini. Sekadar membandingkan aja dengan ‘perlombaan’ teman-temen remaja untuk ‘audisi’ menjadi bintang di akhirat kelak. Mereka yang ikut audisi KDI dan Indonesian Idol mau aja untuk ngantri, berjubel ribuan orang. Buktinya bisa kamu saksikan berita tentang hal itu di televisi dan baca di media cetak. Iya kan? Tapi nih, untuk menghadiri majelis-majelis ilmu dan taushiyah yang hadir untuk ‘audisi’ biar kepilih sama Allah Swt. untuk mendapatkan bekal amal baik di akhirat jumlahnya nggak seheboh audisi KDI dan Indonesian Idol. Iya nggak seh?
Terus nih, sungguh kita juga kecewa kok media massa (baik cetak maupun elektronik) seolah bersatu padu untuk memeriahkan audisi macam KDI dan Indonesian Idol. Iklannya gede-gedean, dan publikasinya sangat sering. Wajar dong kalo kemudian opini tersebut mendominasi informasi dan bikin temen-temen remaja kepengen banget ikutan untuk kepilih. Ya, siapa tahu jadi seleb dadakan di bidang olah vokal dan olah tubuh—maksudnya menari yang seringnya kalo di KDI jadi murahan karena memamerkan auratnya. Halah!
Karena dunia lebih menyilaukan
Nah, ini jawaban buat pertanyaan pertama yang ditulis di awal obrolan kita tadi. Dunia memang menyilaukan. Perhiasanya rata-rata menyilaukan dan mempesonakan: harta, tahta, dan tentu ketenaran. Siapa sih yang nggak butuh duit? Siapa pula yang nggak mau punya jabatan? Ehm, angkat tangan kalo ada di antaramu ingin terkenal. Semua orang pasti ingin memiliki harta-tahta-popularitas. Iya kan? Apalagi sekarang ada jalan pintas untuk mendapatkannya. Jadinya ya, sangat wajar kalo ribuan teman remaja berlomba ikutan audisi untuk jadi seleb dadakan. So, niat udah kuat dan kesempatan dapat. Klop.
Boys and girls, dunia memang gemerlap. Siapa pun pasti terpesona dengan indah dan kerlap-kerlipnya kehidupan dunia. Ini memang fakta. But, apa karena terpesona dunia, lalu kita nggak pilih-pilih hiasan dunia itu? Boleh kok menikmati gemerlapnya dunia, asalkan hal itu sesuai tuntunan ajaran Islam, agama yang kita peluk dan jadikan cara hidup. So, nggak asal ambil aja. Kita punya patokan untuk menentukan baik-buruk, terpuji-tercela dan halal atau haram suatu perbuatan menurut ajaran Islam. Bukan ajaran yang lain. Setuju kan?
Nah, itu artinya dalam hidup ini kita kudu punya pegangan. Kita wajib tahu dan sadar dari mana kita berasal, mau ngapain di dunia ini, dan akan ke mana setelah ‘pensiun’ dari dunia ini. Kita berasal dari Allah Swt. Untuk apa di dunia? Untuk ibadah kepadaNya. Lalu, akan ke mana setelah mati dan ninggalin dunia ini? Jawabannya, kita akan kembali kepada Allah Swt. Makanya nih, di keranda jenazah biasanya ditutup kain hijau bertuliskan: “Innalillaahi wa inna ilaihi roojiuun” (sesungguhnya kami berasal dari Allah dan akan kembali kepadaNya). Yup, alasan yang paling masuk akal kenapa di keranda jenazah mesti ditulis seperti itu adalah untuk ngingetin kita yang masih hidup, bahwa suatu saat kalo ajalnya udah datang pasti menyusul teman atau saudara yang sedang diusung jenazahnya saat itu. Iya nggak sih? Kecuali kalo di tempatmu ada orang iseng dengan mengganti tulisan di keranda jenazah dengan tulisan: “Yang tidak berkepentingan dilarang masuk!” Walah!
Oke, setelah kita tahu dan sadar soal kehidupan ini, lalu apa yang akan kita lakukan? Tentu, berlomba untuk memperbanyak amal shalih buat bekal di akhirat kelak dong ya. Itu alasan yang paling logis, Bro. So, wajar dong kalo kemudian kita berusaha untuk berlomba dalam kebaikan demi dapetin predikat penghuni surga. Perlu audisi atau tes juga kelihatannya ya. Surga emang nggak gampang untuk diraih, perlu ketahanan, kesabaran, semangat, dan yang utama adalah keimanan. Kita siap kan?
Sumber : Buletin Gaul Islam
Salam New's
0 komentar:
Post a Comment