MENURUT “teori” –tentu berdasarkan empiri atau pengalaman di lapangan juga– pendengar nyetel radio itu umumnya mau denger lagu, denger musik yang enak, buat ngilangin kepenatan, relaksasi, atau nemenin aktivitas apa pun saat itu. ‘Tul gak? Itulah sebabnya, radio identik dengan musik, bahkan sejak dulu. Kita lihat sejarah lahirnya pesawat radio, ‘kan dimulai dari adanya Music Box alias “Kotak Musik”. So, radio itu gudangnya lagu. Makanya, karena pada dasarnya umat manusia itu suka musik, dan musik itu universal, maka eksistensi radio kagak ada matinya, meski “digempur” oleh banyaknya stasiun TV sekalipun!
Radio tetap punya pangsa pasar, tetap punya pendengar, malah naga-naganya makin banyak aja tuh jumlah stasiun radio, apalagi radio komunitas. Sebuah lagu bisa hit atau albumnya meledak karena sering diputar di radio. Orang yang tidak suka beli kaset, tapi suka denger lagunya, tinggal kirim SMS ato tlp ke penyiar, request, bisa kirim salam lagi, jreng…. keluar deh tu lagu. Lebih enak, jernih, dan “cling” lagi audionya. Maklum, diproses dulu kan tu laguk, diedit dulu di ruang produksi, dibagus-bagusin audionya, jadilah ia lebih OK ketimbang aslinya di kaset atau CD.
Makin asyik tuh dengerin lagu, kalo penyiarnya ngocol abis, kocak, lucu, isengnya bikin betah pendengar stay tuned, kasih info penting lagi. Udah gitu, kagak banyak ngomong, tapi banyak muter lagu. Wah, serrrruuu….! “Jadi bikin penasaran aja pengen ketemu penyiarnya,” kata pendengar. Ya, misteri penyiar itulah salah satu kekuatan utama radio. Suaranya bisa didengar, orangnya kagak keliatan, jadilah pendengar tuh “ngeraba-raba” kayak apa ya orangnya ni penyiar. “Hati-hati, suara mendayu wajah menipu…!” bisik seseorang. “Ah, biarin, aku jatuh cinta ama suaranya kok!” kata pendengar fanatik.
Tiga alinea di atas “sekadar” pengantar, ada tiga alasan utama pendengar mendengarkan siaran radio. Pertama, karena lagunya bagus, enak didengar. Kedua, karena suara penyiarnya OK banget, merdu, ah pokoknya enak aja didengar. Ketiga, informasinya penting banget, menarik, bikin penasaran. Sempurna banget kalo ketiga hal itu –lagu bagus, suara bagus, dan info penting– ada dalam sebuah siaran radio. Jamin, stay tuned deh, kagak usah disuruh “jangan kemana-mana” juga pendengar setia! …Eh, pendengar radio bisa ke mana-mana kok, kan radio bisa didengarkan sambil melakukan aktivitas apa pun (kecuali tidur) selama hayat di kandung badan–maksudnya selama kuping bisa dengerin. Makanya, hai rekan penyiar, kayaknya qta gak perlu bilang “Jangan ke mana-mana….!”, lagian basih deh ya…
“Putar lagu-lagu hits pada awal dan akhir siaran, di tengah-tengah selingi dengan lagu baru, kurang hit, dan lagi hit… semuanya itu buat ngikat pendengar,” begitu katanya. “Mantap euy lagunya, 11 Januari…” kata pendengar via SMS saat saya siaran tadi pagi. Itu sekadar contoh apresiasi pendengar yang suka banget tu lagu. Maka, lagu ok lainnya pun saya hadirkan… Sadari Hati, Kesempatan Kedua, Musnah, de el el…
Trus.. apa lagi ya.. Udah dulu deh. Saya ulang ya. Tiga alasan utama pendengar dengerin siaran kita: lagu, suara/penyiar, dan info. Minimal salah satunya harus OK. Lagu gak bagus, info gak penting, suara dan/atau penyiarnya harus OK. Suara pas-pasan, info gak penting, lagunya atuh kudu bagus-bagus. Begitu seterusnya. Minimal salah satunya yang bagus. Kalo tiga-tiganya jelek, ya…. bicara aja sendiri, kagak ada yang denger tuh… (Lho kok, sentimen gitu seeh….???).
Selamat Berjuang Keluargaku
Dhimas HR
Radio tetap punya pangsa pasar, tetap punya pendengar, malah naga-naganya makin banyak aja tuh jumlah stasiun radio, apalagi radio komunitas. Sebuah lagu bisa hit atau albumnya meledak karena sering diputar di radio. Orang yang tidak suka beli kaset, tapi suka denger lagunya, tinggal kirim SMS ato tlp ke penyiar, request, bisa kirim salam lagi, jreng…. keluar deh tu lagu. Lebih enak, jernih, dan “cling” lagi audionya. Maklum, diproses dulu kan tu laguk, diedit dulu di ruang produksi, dibagus-bagusin audionya, jadilah ia lebih OK ketimbang aslinya di kaset atau CD.
Makin asyik tuh dengerin lagu, kalo penyiarnya ngocol abis, kocak, lucu, isengnya bikin betah pendengar stay tuned, kasih info penting lagi. Udah gitu, kagak banyak ngomong, tapi banyak muter lagu. Wah, serrrruuu….! “Jadi bikin penasaran aja pengen ketemu penyiarnya,” kata pendengar. Ya, misteri penyiar itulah salah satu kekuatan utama radio. Suaranya bisa didengar, orangnya kagak keliatan, jadilah pendengar tuh “ngeraba-raba” kayak apa ya orangnya ni penyiar. “Hati-hati, suara mendayu wajah menipu…!” bisik seseorang. “Ah, biarin, aku jatuh cinta ama suaranya kok!” kata pendengar fanatik.
Tiga alinea di atas “sekadar” pengantar, ada tiga alasan utama pendengar mendengarkan siaran radio. Pertama, karena lagunya bagus, enak didengar. Kedua, karena suara penyiarnya OK banget, merdu, ah pokoknya enak aja didengar. Ketiga, informasinya penting banget, menarik, bikin penasaran. Sempurna banget kalo ketiga hal itu –lagu bagus, suara bagus, dan info penting– ada dalam sebuah siaran radio. Jamin, stay tuned deh, kagak usah disuruh “jangan kemana-mana” juga pendengar setia! …Eh, pendengar radio bisa ke mana-mana kok, kan radio bisa didengarkan sambil melakukan aktivitas apa pun (kecuali tidur) selama hayat di kandung badan–maksudnya selama kuping bisa dengerin. Makanya, hai rekan penyiar, kayaknya qta gak perlu bilang “Jangan ke mana-mana….!”, lagian basih deh ya…
“Putar lagu-lagu hits pada awal dan akhir siaran, di tengah-tengah selingi dengan lagu baru, kurang hit, dan lagi hit… semuanya itu buat ngikat pendengar,” begitu katanya. “Mantap euy lagunya, 11 Januari…” kata pendengar via SMS saat saya siaran tadi pagi. Itu sekadar contoh apresiasi pendengar yang suka banget tu lagu. Maka, lagu ok lainnya pun saya hadirkan… Sadari Hati, Kesempatan Kedua, Musnah, de el el…
Trus.. apa lagi ya.. Udah dulu deh. Saya ulang ya. Tiga alasan utama pendengar dengerin siaran kita: lagu, suara/penyiar, dan info. Minimal salah satunya harus OK. Lagu gak bagus, info gak penting, suara dan/atau penyiarnya harus OK. Suara pas-pasan, info gak penting, lagunya atuh kudu bagus-bagus. Begitu seterusnya. Minimal salah satunya yang bagus. Kalo tiga-tiganya jelek, ya…. bicara aja sendiri, kagak ada yang denger tuh… (Lho kok, sentimen gitu seeh….???).
Selamat Berjuang Keluargaku
Dhimas HR
0 komentar:
Post a Comment