Si Luna lagi manyun. Sudut bibirnya turun 2 cm ke bawah. Pasalnya semalam abangnya menolak membawa Boy turut serta nonton film remaja terbaru di bioskop. “Kamu belum cukup umur, belum 17 tahun”, kilah si Abang menghadapi jurus rengekan Boy. Padahal Boy udah ngerasa dewasa. “Aku kan udah 14 tahun. Apalagi tinggiku hampir sama dengan abang yang umurnya 20 tahun” protesnya dalam hati. Huuuuh.
Lain lagi ceritanya dengan Weni. Gadis 15 tahun ini ngebet banget sama tetangganya yang ganteng. “Kamu baru mama izinkan pacaran kalo udah 17 tahun, titik”, tegas mama ketika Weni mengutarakan maksudnya. Buyar deeeh. Sobat, diantara kamoe-kamoe pasti ada yang pernah ngalami kejadian seperti di atas. Hayo ngaku. Ya sobat, semua itu selalu dikaitkan dengan angka 17. Boleh ini itu mesti 17 dulu. Alasannya, Pak Polisi aja gak ngasi izin bikin SIM kalo belum 17 tahun (alasan pembenaran, hehehe).
Bukan, bukan itu alasan sebenarnya. Karena kalo kamu udah 17 tahun, kamu udah dianggap dewasa, dianggap bisa mikir sendiri dan mestinya dapat bertanggungjawab terhadap tingkah lakumu. Begicu.... Karena anggapan-anggapan seperti itulah, angka 17 menjadi angka keramat bagi remaja. Soalnya 17 jadi gerbang kebolehan untuk hal-hal yang sebelumnya tidak diperbolehkan ortu. Contohnya cerita di atas. Makanya mereka yang akan berumur 17 biasanya tidak ingin melewatkan momen tersebut. Salah satu caranya dengan merayakan momen itu secara meriah. Pesta Ultah Sweet Seventeen. Tul gak...?
Berubah Fisik dan Psikis,Bagi kamu yang remaja, masa-masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Dalam rentang waktu itu, kamu banyak mengalami perubahan baik fisik maupun psikis. Namun perubahan yang dominan adalah perubahan fisik. Bahkan menurut Psikolog, pertumbuhan secara fisik merupakan proses primer. Sedangkan perubahan secara psikologis antara lain diakibatkan dari perubahan fisik tadi. Tubuh yang mulai tumbuh dan berubah membuat kamu merasa terkesan bahkan bisa merasa kaget sendiri. Bagi yang laki-laki suaranya mulai berubah menjadi tambah berat. Bulu-bulu bertabur di wajah, dada, ketiak dan sekitar alat vital. Otot-otot berkembang seiring pertambahan panjang tulang tubuh. Sedangkan bagi mereka yang perempuan, organ-organ reproduksi menjadi matang, kulit bertambah halus, dan bagian-bagian tubuh tumbuh menuju bentuk wanita dewasa. Nah, repot gak. Fisik kamu mencirikan orang dewasa, sementara secara emosi sepertinya belum tuh... Kalau tidak bijak menghadapi itu semua, bisa-bisa pertumbuhan yang normal ini menjadi masalah buat kamu. Kadang muncul rasa canggung dan minder. Kecanggungan yang terjadi terutama disebabkan keharusan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan pada dirinya. Apalagi jika itu adalah perubahan yang mencolok.
Pada laki-laki, mungkin ia akan merasa minder saat wajahnya sudah ditumbuhi bulu lebat sementara teman-teman disekitarnya masih berwajah mulus. Sedangkan wanita yang mendapat haid pertama mungkin akan kebingungan dengan apa yang terjadi pada dirinya. Sumber potensi masalah lainnya terletak pada gejolak yang muncul dari dalam. Fisik yang berkembang ternyata juga diikuti oleh tumbuhnya dorongan-dorongan yang menyertai akibat proses kimiawi dalam tubuh. Dorongan itu terutama adalah ketertarikan kepada lawan jenis yang amat kuat. Kamu juga jadi mudah terangsang secara erotis. Nah, kalau ini tidak dikontrol secara hati-hati, bisa berabe urusannya. Masa depan bisa hancur.... Selain itu semua, ada lagi lainnya dan yang ini agak menyebalkan, yaitu kamu jadi agak egois. Kepekaannya berlebihan. Akibatnya orang dewasa susah untuk mengerti remaja, begitu juga sebaliknya. Ini yang kadang jadi biang sebab pertempuran, eh salah.... pertengkaran. Dalam keluarga, remaja juga berpotensi terlibat dalam konflik. Biasanya terjadi antara remaja dengan orang tuanya atau dengan anggota keluarga yang sudah dewasa. Di satu sisi remaja ingin menjadi mandiri namun di lain sisi mereka mesti mengikuti apa kata orang tua mereka. Apalagi tingkat ketergantungan terhadap ortu masih sangat tinggi.Kawan, semua perubahan diri seperti di atas akan kamu alami bahkan sebelum kamu 17 tahun. Jadi tidak mesti menunggu sweet seventeen dulu untuk menuju dewasa. Ada yang umur 14 tahun sudah mimpi basah atau haid, yang berarti telah memasuki proses perubahan diri menuju kedewasaan.
Nah, dalam Islam bagi yang telah mengalami “peristiwa mimpi basah” (ihtilam) ataupun haid maka mereka telah memasuki masa baligh. Pintu itu adalah Baligh Kalo kamu merasa dewasa pada saat udah umur 17, telat tuh. Seperti udah kita bahas di atas bahwa fakta membuktikan kedewasaan fisik maupun psikis dapat datang sebelum itu. Walaupun tentu saja tingkat kedewasaan kamu akan terus bertambah seiring umur dan pengalaman. Jika kata dewasa biasanya disandingkan dengan tanggung jawab dan kewajiban, maka dalam konsep Islam ada pintu gerbang lain menuju hal tersebut. Tapi bukan umur yang mesti 17 tahun lho. Melainkan sesuatu yang dinamakan baligh. Hayo, apa itu. Pasti kamu udah sering dengar. Kata baligh sering disandingkan dengan kata ”akil”. Nambah istilah lagi nih. Tapi gak papa, mari bahas satu persatu. Akil merupakan istilah untuk orang yang sudah mencapai tamyiz yaitu ukuran usia dimana seseorang dapat membedakan baik dan buruk serta memiliki kemampuan nalar yang cukup dan normal. Dari pengertian ini, anak kecil dan orang idiot berarti tidak termasuk. Sedangkan baligh adalah istilah untuk orang yang sudah mulai sempurna organ seksual dan organ reproduksi. Pada laki-laki ditandai dengan mimpi basah yakni mekanisme keluarnya sperma secara ilmiah yang didahului dengan mimpi erotis. Sedangkan pada perempuan ditandai dengan haid pertama kali, istilahnya menarche. Jadi akil baligh bisa dikatakan periode dimana seseorang sudah matang secara fisik maupun fikiran menuju kedewasaan. Baligh dalam Islam sebenarnya merupakan konsep yang amat penting. Tapi sayang sering diremehkan. Kenapa penting?. Karena setelah baligh seorang muslim laki-laki atau perempuan telah dibebankan kewajiban syar'i. Rasulullah Saw pernah bersabda; “diangkat pena (tidak dikenakan kewajiban) pada tiga orang; orang yang tidur hingga bangun, anak kecil hingga ihtilam (keluar mani karena mimpi atau sebab lain) dan orang gila hingga berakal. HR. Abu Dawud. Dapat dipahami disini, dimana masa setelah baligh merupakan detik dimana anak manusia dianggap layak dan mampu melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Dosa dan pahalapun sudah diperhitungkan. Oleh karena itu sudah seharusnya orang yang akan akil baligh telah melengkapi dirinya dengan ilmu dan pengetahuan yang fardhu 'ain. Ia harus paham rukun iman dan rukun islam. Selain itu harus mengenal Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab, dan rasul-Nya. Harus tahu persoalan shalat, dapat membaca al-quran, berwudhu dan mensucikan najis. Dan juga mesti memahami tentang akhlak baik maupun buruk. Disinilah letak persoalan yang besar namun kerap dianggap remeh kebanyakan kaum muslimin sekarang. Sebelum baligh, seseorang mesti dipersiapkan pengetahuan-pengetahuan dan ilmu-ilmu yang nanti wajib dikerjakannya setelah baligh. Kemudian saat baligh ia tidak lagi mencari-cari tahu apa yang jadi kewajiban. Melainkan tinggal menjalankan kewajiban. Namun bukan berarti sebelum baligh seseorang tidak beramal apapun. Hanya saja, perhitungan pahala dan dosa bahkan sanksi secara hukum dimulai saat baligh tiba. Malah untuk persoalan sholat, Rasulullah Saw memerintahkan orang tua agar menyuruh anaknya yang telah berumur tujuh tahun untuk sholat. Jika umur 10 tahun tidak mau sholat maka diperbolehkan untuk dipukul. Kaidah ini sebenarnya mengisyaratkan bahwa umur 10 tahun, segala hal yang berkaitan dengan sholat mesti telah selesai dipelajari. Dalam perintah sholat terkait dengan pengetahuan dan keterampilan lain sebagai pelengkap perintah sholat, antara lain; dapat membaca Alquran, dapat berwudhu dan bersuci dari najis. Hal yang wajib, sunnah serta rukun dan syarat sholat mestinya otomatis telah diketahui. Jika umur 10 tahun saja, ilmu kelengkapan bagi seorang muslim sudah seperti itu bagaimana kalo sudah baligh. Jangan bayangkan yang susah-susah ya. Hehehe. Tapi beneran lho, kalo kita udah baligh ilmu yang fardhu 'ain mesti dikuasai karena tugas kita adalah melaksanakan. Yang prioritas dikuasai adalah ilmu-ilmu mendasar dalam Islam. Tapi bukan berarti kita tidak belajar lagi setelah baligh, melainkan belajarnya sudah pada level yang lebih tinggi. Pantaslah pada masa kejayaan Islam, para pemuda Islam adalah pemuda yang berkualitas.
Kepribadiannya dihiasai dengan ilmu yang mendalam karena sejak kecil telah dikondisikan dan dipersiapkan dengan baik oleh orang tuanya sesuai ajaran islam. Tidak hanya ilmu-ilmu agama lho, tapi zaman keemasan itu telah melahirkan ilmuwan-ilmuwan unggul dalam matematika, kimia astronomi dan kedokteran. Dalam ranah sosial dikenal ahli sosiologi, militer, ekonomi, perdagangan dan politik. Itu semua karena pengkondisian sejak kecil. Berbeda ya dengan kita sekarang. Orang-orang tua aja masih belajar tata cara sholat atau berwudhu yang benar. Padahal kan seharusnya udah kelar sebelum baligh. Gimana mau belajar ilmu yang levelnya lebih tinggi seperti mengatur ekonomi, cara berpolitik dan ber-pemerintahan, ataupun belajar sistem peradilan dalam Islam. yang Muda yang Berkarya.
Last but not least, bagi kamu yang muda belajar udah jadi kewajiban. Tak ada kata terlambat. Karena menuntut ilmu itu dari buaian hingga ke liang kubur lho. Kalo udah baligh jangan lupa kewajiban. Ingat, pena yang nulis segala amal udah mulai jalan. Gak perlu lagi nunggu 17 tahun. Takutnya udah “terlambat”, hehehe bukannya doain. Soalnya kita gak tau kapan umur berlalu dan habis. Umur 17 gak ada hubungannya dengan boleh tidaknya pacaran atau boleh ngerokok atau boleh nonton film 17+. Yang jadi ukuran boleh tidaknya adalah halal dan haram menurut Islam. Umurmu yang masih muda justru potensi untuk berkarya. Fisik masih dalam kondisi yang optimal. Semangat anak muda sudah jadi jaminan kuatnya tekad. Apalagi anak muda jiwanya kreatif, gak mau terkungkung. Sifat dasarnya agresif, dinamis, inovatif dan progresif (ngerti gak?hehe).
Ini bukan sekedar manas-manasin anak muda. Sejarah mencatat bahwa kebangkitan umat memang tidak pernah lepas dari kiprah para pemudanya. Kalo gak percaya liat aja buku sejarah. Akan tetapi kemunculan pemuda-pemuda berkualitas tidaklah serta merta. Mereka lahir dari keluarga-keluarga yang memang mempersiapkan anak-anaknya dengan baik. Konsepnya dengan Islam. Selain itu, para pemuda juga dijaga oleh lingkungan. Lingkungan yang baik tentunya. Jika mulai menyimpang, maka akan ada teguran dan nasehat atau kalau perlu diberi sanksi. Dan kalau kita mengharapkan kemunculan generasi-generasi pemuda Islam yang bekualitas maka konsep lahirnya generasi tersebut mestilah dari Islam.
Dhimas HR
Bukan, bukan itu alasan sebenarnya. Karena kalo kamu udah 17 tahun, kamu udah dianggap dewasa, dianggap bisa mikir sendiri dan mestinya dapat bertanggungjawab terhadap tingkah lakumu. Begicu.... Karena anggapan-anggapan seperti itulah, angka 17 menjadi angka keramat bagi remaja. Soalnya 17 jadi gerbang kebolehan untuk hal-hal yang sebelumnya tidak diperbolehkan ortu. Contohnya cerita di atas. Makanya mereka yang akan berumur 17 biasanya tidak ingin melewatkan momen tersebut. Salah satu caranya dengan merayakan momen itu secara meriah. Pesta Ultah Sweet Seventeen. Tul gak...?
Berubah Fisik dan Psikis,Bagi kamu yang remaja, masa-masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Dalam rentang waktu itu, kamu banyak mengalami perubahan baik fisik maupun psikis. Namun perubahan yang dominan adalah perubahan fisik. Bahkan menurut Psikolog, pertumbuhan secara fisik merupakan proses primer. Sedangkan perubahan secara psikologis antara lain diakibatkan dari perubahan fisik tadi. Tubuh yang mulai tumbuh dan berubah membuat kamu merasa terkesan bahkan bisa merasa kaget sendiri. Bagi yang laki-laki suaranya mulai berubah menjadi tambah berat. Bulu-bulu bertabur di wajah, dada, ketiak dan sekitar alat vital. Otot-otot berkembang seiring pertambahan panjang tulang tubuh. Sedangkan bagi mereka yang perempuan, organ-organ reproduksi menjadi matang, kulit bertambah halus, dan bagian-bagian tubuh tumbuh menuju bentuk wanita dewasa. Nah, repot gak. Fisik kamu mencirikan orang dewasa, sementara secara emosi sepertinya belum tuh... Kalau tidak bijak menghadapi itu semua, bisa-bisa pertumbuhan yang normal ini menjadi masalah buat kamu. Kadang muncul rasa canggung dan minder. Kecanggungan yang terjadi terutama disebabkan keharusan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan pada dirinya. Apalagi jika itu adalah perubahan yang mencolok.
Pada laki-laki, mungkin ia akan merasa minder saat wajahnya sudah ditumbuhi bulu lebat sementara teman-teman disekitarnya masih berwajah mulus. Sedangkan wanita yang mendapat haid pertama mungkin akan kebingungan dengan apa yang terjadi pada dirinya. Sumber potensi masalah lainnya terletak pada gejolak yang muncul dari dalam. Fisik yang berkembang ternyata juga diikuti oleh tumbuhnya dorongan-dorongan yang menyertai akibat proses kimiawi dalam tubuh. Dorongan itu terutama adalah ketertarikan kepada lawan jenis yang amat kuat. Kamu juga jadi mudah terangsang secara erotis. Nah, kalau ini tidak dikontrol secara hati-hati, bisa berabe urusannya. Masa depan bisa hancur.... Selain itu semua, ada lagi lainnya dan yang ini agak menyebalkan, yaitu kamu jadi agak egois. Kepekaannya berlebihan. Akibatnya orang dewasa susah untuk mengerti remaja, begitu juga sebaliknya. Ini yang kadang jadi biang sebab pertempuran, eh salah.... pertengkaran. Dalam keluarga, remaja juga berpotensi terlibat dalam konflik. Biasanya terjadi antara remaja dengan orang tuanya atau dengan anggota keluarga yang sudah dewasa. Di satu sisi remaja ingin menjadi mandiri namun di lain sisi mereka mesti mengikuti apa kata orang tua mereka. Apalagi tingkat ketergantungan terhadap ortu masih sangat tinggi.Kawan, semua perubahan diri seperti di atas akan kamu alami bahkan sebelum kamu 17 tahun. Jadi tidak mesti menunggu sweet seventeen dulu untuk menuju dewasa. Ada yang umur 14 tahun sudah mimpi basah atau haid, yang berarti telah memasuki proses perubahan diri menuju kedewasaan.
Nah, dalam Islam bagi yang telah mengalami “peristiwa mimpi basah” (ihtilam) ataupun haid maka mereka telah memasuki masa baligh. Pintu itu adalah Baligh Kalo kamu merasa dewasa pada saat udah umur 17, telat tuh. Seperti udah kita bahas di atas bahwa fakta membuktikan kedewasaan fisik maupun psikis dapat datang sebelum itu. Walaupun tentu saja tingkat kedewasaan kamu akan terus bertambah seiring umur dan pengalaman. Jika kata dewasa biasanya disandingkan dengan tanggung jawab dan kewajiban, maka dalam konsep Islam ada pintu gerbang lain menuju hal tersebut. Tapi bukan umur yang mesti 17 tahun lho. Melainkan sesuatu yang dinamakan baligh. Hayo, apa itu. Pasti kamu udah sering dengar. Kata baligh sering disandingkan dengan kata ”akil”. Nambah istilah lagi nih. Tapi gak papa, mari bahas satu persatu. Akil merupakan istilah untuk orang yang sudah mencapai tamyiz yaitu ukuran usia dimana seseorang dapat membedakan baik dan buruk serta memiliki kemampuan nalar yang cukup dan normal. Dari pengertian ini, anak kecil dan orang idiot berarti tidak termasuk. Sedangkan baligh adalah istilah untuk orang yang sudah mulai sempurna organ seksual dan organ reproduksi. Pada laki-laki ditandai dengan mimpi basah yakni mekanisme keluarnya sperma secara ilmiah yang didahului dengan mimpi erotis. Sedangkan pada perempuan ditandai dengan haid pertama kali, istilahnya menarche. Jadi akil baligh bisa dikatakan periode dimana seseorang sudah matang secara fisik maupun fikiran menuju kedewasaan. Baligh dalam Islam sebenarnya merupakan konsep yang amat penting. Tapi sayang sering diremehkan. Kenapa penting?. Karena setelah baligh seorang muslim laki-laki atau perempuan telah dibebankan kewajiban syar'i. Rasulullah Saw pernah bersabda; “diangkat pena (tidak dikenakan kewajiban) pada tiga orang; orang yang tidur hingga bangun, anak kecil hingga ihtilam (keluar mani karena mimpi atau sebab lain) dan orang gila hingga berakal. HR. Abu Dawud. Dapat dipahami disini, dimana masa setelah baligh merupakan detik dimana anak manusia dianggap layak dan mampu melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Dosa dan pahalapun sudah diperhitungkan. Oleh karena itu sudah seharusnya orang yang akan akil baligh telah melengkapi dirinya dengan ilmu dan pengetahuan yang fardhu 'ain. Ia harus paham rukun iman dan rukun islam. Selain itu harus mengenal Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab, dan rasul-Nya. Harus tahu persoalan shalat, dapat membaca al-quran, berwudhu dan mensucikan najis. Dan juga mesti memahami tentang akhlak baik maupun buruk. Disinilah letak persoalan yang besar namun kerap dianggap remeh kebanyakan kaum muslimin sekarang. Sebelum baligh, seseorang mesti dipersiapkan pengetahuan-pengetahuan dan ilmu-ilmu yang nanti wajib dikerjakannya setelah baligh. Kemudian saat baligh ia tidak lagi mencari-cari tahu apa yang jadi kewajiban. Melainkan tinggal menjalankan kewajiban. Namun bukan berarti sebelum baligh seseorang tidak beramal apapun. Hanya saja, perhitungan pahala dan dosa bahkan sanksi secara hukum dimulai saat baligh tiba. Malah untuk persoalan sholat, Rasulullah Saw memerintahkan orang tua agar menyuruh anaknya yang telah berumur tujuh tahun untuk sholat. Jika umur 10 tahun tidak mau sholat maka diperbolehkan untuk dipukul. Kaidah ini sebenarnya mengisyaratkan bahwa umur 10 tahun, segala hal yang berkaitan dengan sholat mesti telah selesai dipelajari. Dalam perintah sholat terkait dengan pengetahuan dan keterampilan lain sebagai pelengkap perintah sholat, antara lain; dapat membaca Alquran, dapat berwudhu dan bersuci dari najis. Hal yang wajib, sunnah serta rukun dan syarat sholat mestinya otomatis telah diketahui. Jika umur 10 tahun saja, ilmu kelengkapan bagi seorang muslim sudah seperti itu bagaimana kalo sudah baligh. Jangan bayangkan yang susah-susah ya. Hehehe. Tapi beneran lho, kalo kita udah baligh ilmu yang fardhu 'ain mesti dikuasai karena tugas kita adalah melaksanakan. Yang prioritas dikuasai adalah ilmu-ilmu mendasar dalam Islam. Tapi bukan berarti kita tidak belajar lagi setelah baligh, melainkan belajarnya sudah pada level yang lebih tinggi. Pantaslah pada masa kejayaan Islam, para pemuda Islam adalah pemuda yang berkualitas.
Kepribadiannya dihiasai dengan ilmu yang mendalam karena sejak kecil telah dikondisikan dan dipersiapkan dengan baik oleh orang tuanya sesuai ajaran islam. Tidak hanya ilmu-ilmu agama lho, tapi zaman keemasan itu telah melahirkan ilmuwan-ilmuwan unggul dalam matematika, kimia astronomi dan kedokteran. Dalam ranah sosial dikenal ahli sosiologi, militer, ekonomi, perdagangan dan politik. Itu semua karena pengkondisian sejak kecil. Berbeda ya dengan kita sekarang. Orang-orang tua aja masih belajar tata cara sholat atau berwudhu yang benar. Padahal kan seharusnya udah kelar sebelum baligh. Gimana mau belajar ilmu yang levelnya lebih tinggi seperti mengatur ekonomi, cara berpolitik dan ber-pemerintahan, ataupun belajar sistem peradilan dalam Islam. yang Muda yang Berkarya.
Last but not least, bagi kamu yang muda belajar udah jadi kewajiban. Tak ada kata terlambat. Karena menuntut ilmu itu dari buaian hingga ke liang kubur lho. Kalo udah baligh jangan lupa kewajiban. Ingat, pena yang nulis segala amal udah mulai jalan. Gak perlu lagi nunggu 17 tahun. Takutnya udah “terlambat”, hehehe bukannya doain. Soalnya kita gak tau kapan umur berlalu dan habis. Umur 17 gak ada hubungannya dengan boleh tidaknya pacaran atau boleh ngerokok atau boleh nonton film 17+. Yang jadi ukuran boleh tidaknya adalah halal dan haram menurut Islam. Umurmu yang masih muda justru potensi untuk berkarya. Fisik masih dalam kondisi yang optimal. Semangat anak muda sudah jadi jaminan kuatnya tekad. Apalagi anak muda jiwanya kreatif, gak mau terkungkung. Sifat dasarnya agresif, dinamis, inovatif dan progresif (ngerti gak?hehe).
Ini bukan sekedar manas-manasin anak muda. Sejarah mencatat bahwa kebangkitan umat memang tidak pernah lepas dari kiprah para pemudanya. Kalo gak percaya liat aja buku sejarah. Akan tetapi kemunculan pemuda-pemuda berkualitas tidaklah serta merta. Mereka lahir dari keluarga-keluarga yang memang mempersiapkan anak-anaknya dengan baik. Konsepnya dengan Islam. Selain itu, para pemuda juga dijaga oleh lingkungan. Lingkungan yang baik tentunya. Jika mulai menyimpang, maka akan ada teguran dan nasehat atau kalau perlu diberi sanksi. Dan kalau kita mengharapkan kemunculan generasi-generasi pemuda Islam yang bekualitas maka konsep lahirnya generasi tersebut mestilah dari Islam.
Dhimas HR
0 komentar:
Post a Comment